Rabu, 29 Maret 2017

Kabar Terkini Nenek Berusia 125 Tahun yang Hidup Sebatang Kara di Bantul

Tags



Setro Dimoyo alias Mbah Sendrong kini bisa tiduran lebih nyaman di Balai Pelayanan Sosial Tresna Wreda (BPSTW) Yogyakarta.

Perempuan renta berusia 125 tahun itu semula tinggal di Desa Salakan, RT 02, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul.

Mbah Sendrong sempat menyita perhatian netizen lantaran kehidupan masa tuanya yang tampak miris.

Ia hidup sebatang kara di rumah bambu beralaskan tanah. Ketika reporter Tribunjogja.Com mendatangi rumahnya, kondisi Mbah Sendrong cukup miris.

Rumahnya pengap, gelap, pencahayaan minim, dan banyak sarang laba-labanya. Sehari-hari Mbah Sendrong istirahat di tempat tidur bambu reyot.

"Mbah Sendrong sudah tinggal di sini (BPSTW Yogyakarta, Red)," kata Koordinator Pekerja Sosial BPSTW, Nurhayati, Sabtu (25/3/2017).

Pihak BPSTW menjemput Mbah Sendrong pada Senin (20/3/2017).

Sebelum Mbah Sendrong ramai dibicarakan netizen dan menghiasi halaman media massa, pihak BPSTW sudah menengok kondisinya. Namun, baru pekan ini bisa masuk BPSTW.

Kini semua kebutuhan Mbah Sendrong menjadi tanggung jawab BPSTW. Kesehatannya terus dipantau oleh tenaga kesehatan.

"Jika simbah tidak enak badan, kita panggilkan dokter untuk memeriksanya," kata Nurhayati.BPSTW memiliki tenaga dokter yang selalu siap melayani 24 jam. Jika sewaktu-waktu para lansia yang tinggal di BPSTW sakit, tenaga dokter siap memberikan bantuan medis.

"Dokter selalu memeriksa kesehatan lansia secara rutin. Biasanya setiap Rabu," jelasnya.

Sebagaimana diberitakan Tribunjogja.com sebelumnya, Mbah Sendrong hidup seorang diri.

Suami tiada, anak pun tak punya. Untungnya, dibalik penderitaan Mbah Sendrong yang begitu pelik, masih ada tetangga rumah yang peduli akan kesehatan dan kebutuhan sehari-harinya.

Mbah Sendrong ketika di rumah bambunya dirawat Linggaryati, perempuan berusia 56 tahun.

"Sejak kepergian suaminya, hidup simbah jauh dari kata cukup. Rasa lapar dan dahaga selalu ia rasa. Duit tak ada, terus mau makan apa?," ucap Linggar.

Melihat kondisi Mbah Sendrong yang sedemikian pilunya, Linggar pun tak tega. Setiap hari, Linggar dan kedua putranya merawat dan mencukupi kebutuhan sehari-hari Mbah Sendrong.

"Tiap pagi saya belikan bubur panas dan banyak kuah. Simbah seneng banget sama makanan berkuah dan panas. Siang saya kasih nasi dan lauk pauk yang berkuah dan teh panas. Malam saya sediakan ketela rebus karena simbah seneng banget," urai Linggar.Tak hanya kebutuhan sehari-hari saja yang Linggar dan keluarganya berikan, dalam hal kebersihan pun tak luput dari perhatian Linggar.

Mbah Sendrong hanya satu di antara ribuan orang di DIY yang hidupnya memprihatinkan. Menurut Kepala Seksi Perlindungan dan Jaminan Sosial BPSTW Yogyakarta, Gatot Yulianto, penyandang masalah sosial di DIY ini sekitar 4.300 orang.

BPSTW Yogyakarta menampung semua lansia yang tidak mempunyai keluarga. Tetapi daya tampung BPSTW masih terbatas.

BPSTY Yogyakarta yang berada di Kasongan, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul tersebut hanya mampu menampung 88 orang saja. (*)


EmoticonEmoticon