Senin, 16 Januari 2017

Dahsyatnya Marketing yang Melibatkan Emosional

Tags

Kemarin siang Saya pergi bersama istri ke daerah pegunungan dan Disana kami menemukan sebuah warung sederhana yang menjual makanan tradisional berupa bakmi jawa. Pada akhir artikel ini saya akan menyebutkan nama warung tersebut dan jika anda berada di Jogja maka anda bisa mencoba mencicipi masakan di warung tersebut.

Yang ingin saya tulis disini adalah bagaimana keramahan pemilik warung dan kemurahannya yang bisa menarik banyak pembeli meskipun masakannya sederhana. Dan Sebagai tambahan, rasa masakan di warung itu sungguh enak.

Dahsyatnya Marketing yang Melibatkan Emosional

Warung tersebut menjual bakmi jawa dengan bahan baku bakmi tanpa pengawet, yang biasanya disebut dengan bakmi lethek. Bakmi lethek adalah bakmi yang diolah tanpa pengawet dan tanpa pewarna buatan sehingga warnanya kurang menarik tetapi jauh lebih sehat dibandingkan dengan bakmi yang diolah dan dicampur dengan bahan pengawet.

Saya juga menyediakan wedang uwuh, yaitu semacam wedang atau minuman jahe yang dicampur dengan berbagai macam bahan seperti kayu manis, dedaunan dan bahan-bahan lain sehingga ketika akan diseduh minuman tersebut lebih mirip dengan sampah makanya disebut dengan wedang uwuh.

Sampai di sini mungkin anda sudah mengetahui lokasi Warung tersebut berada di daerah Imogiri. Karena wedang uwuh itu adalah minuman khas dari Imogiri dan sudah terkenal sampai ke berbagai daerah.

Yang menarik bagi saya adalah ketika kita sedang memakan bakmi ataupun masakan lainnya, si pemilik warung dengan sigap berkeliling mencari minuman yang sudah habis ataupun setengah habis dan kemudian mengambilnya. Setelah itu dia akan menambah minuman tersebut secara gratis. Disamping selain mendapatkan minuman gratis kita juga mendapatkan pelayanan yaitu minuman yang terus ditambah ketika akan habis, dan itu kita tidak perlu memintanya.

Saya baru mengetahui bahwa di warung tersebut bahwa tradisi meminum wedang itu seperti mengeratkan tali silaturahmi.  Itu adalah tradisi dan simbolis, yaitu ketika seseorang hadirkan wedang itu seperti menjalin tali silaturahmi. Dengan memperlama minum wedang disitu berarti pemilik warung tersebut ingin bersilaturahmi lebih lama dengan konsumen yang sudah dianggap sebagai sedulur atau saudara kandung.

Itulah nilai yang saya petik dari kegiatan warung disana. Kemudian saya berpikir lebih jauh lagi bahwa selain mendapatkan saudara baru, pemilik warung tersebut juga menerapkan teknik marketing yang dahsyat. Ketika orang diperlakukan seperti saudara kandung, maka orang itu akan berlaku juga seperti itu. Secara otomatis orang tersebut atau pembeli akan merasa nyaman dan bisa dipastikan akan kembali ke warung tersebut. Karena saya lihat setiap hari warung tersebut ramai dikunjungi meskipun berada di atas bukit yang jauh dan sulit untuk dicapai.

Itulah strategi marketing yang melibatkan Sisi emosional.

Untuk rasa masakannya memang enak karena dimasak dengan arang secara tradisional. Harganya pun juga murah jika dibandingkan dengan harga masakan yang berada di bawah ataupun di kota. Untuk 2 porsi makanan dan kita hanya mengeluarkan biaya sekitar Rp 28.000 saja. Sedangkan di kota Biasanya kita harus mengeluarkan biaya sekitar Rp35.000.

bakmi lethek

Jika penasaran, nama warung tersebut adalah pemadam kelaparan yang berada di jalan Mangunan Imogiri Yogyakarta. Silahkan datang ke sana dan buktikan keramahan Pak Tarno sang pemilik warung tersebut


EmoticonEmoticon